Kegiatan apa saja akan maksimal bila ada dorongan atau motivasi untuk mengerjakannya. Demikian halnya dengan kegiatan belajar para pembelajar, di kelas, di rumah, atau di lapangan. Sehingga untuk memaksimalkannya maka sangat diperlukan adanya “motivasi”. Dalam proses pendidikan motivasi belajar siswa sangat diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi dapat memberikan efek yang baik jika didukung oleh lingkungan yang baik. Begitu juga sebaliknya. Dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi belajar siswa akan mempengaruhi perkembangannya, apabila terdapat lingkungan yang menumbuhkan atau memunculkan motivasi tersebut, untuk menciptakan lingkungan seperti itu diperlukan kemauan dan kompetensi guru untuk menerapkan strategi yang tepat sehingga dapat membantu siswa merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.
Pengertian Motivasi Belajar
Motif adalah asal kata dari motivasi yang berarti alasan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah dorongan, hasrat atau daya penggerak yang timbul pada seseorang baik sadar maupun tidak sadar untuk bertindak melakukan sesuatu.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan, hasrat atau daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kegiatan belajar berjalan dengan arah yang sesuai tujuan.
Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa tumbuh dan berkembang dalam dirinya dengan jalan sebagai berikut:
1. Motivasi Belajar Instrinsik
Motivasi belajar instrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain. Namun proses terbentuknya motivasi intrinsik biasanya ada rangsangan dari orang lain yang juga memegang peran penting, misalnya orang tua yang menyadarkan anaknya bahwa dengan belajar seseorang menjadi berpengetahuan.
2. Motivasi Belajar Ekstrinsik
Motivasi belajar ekstrensik timbul karena adanya pengaruh dari luar berupa ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain atau keadaan sehingga mau belajar.
Berdasarkan timbulnya maka motivasi belajar esktrinsik, bahwa siswa belajar dengan alasan belajar yang berbeda-beda;
- Demi memenuhi kewajiban.
- Demi menghindari hukuman.
- Demi memperoleh hadiah.
- Demi meningkatkan harga diri.
- Demi memperoleh pujian.
- Demi tuntutan jabatan atau demi kenaikan kelas.
Jenis Motivasi Belajar Siswa
Untuk memahami motivasi belajar siswa yang terkait dengan penilaian dan tindak lanjut atau bisa dikatakan evaluasi maka motivasi belajar siswa digolongkan ke dalam dua kategori yaitu:
1. Siswa yang termotivasi.
Karakteristik siswa yang termotivasi yaitu:
- Termotivasi oleh keinginan untuk belajar
- Akan menghadapi tugas yang sulit dengan cara yang fleksibel dan reflektif
- Percaya akan berhasil percaya bahwa mereka dapat melakukannya jika mereka berusaha
- Percaya bahwa kecerdasan dapat ditingkatkan
- Jika melihat anak lain bekerja keras mereka tertarik
2. Siswa yang kurang termotivasi
- Memiliki motivasi yang biasa-biasa saja
- Tampaknya menerima bahwa mereka akan gagal karena mereka tidak cukup cerdas
- Percaya bahwa jika sesuatu akan terlalu sulit tak ada yang bisa mereka lakukan
- Cenderung menghindari tantangan
- Tidak percaya mereka dapat meningkatkan kecerdasan mereka
Tingkat Motivasi Belajar Siswa Dan Penanganannya
Motivasi belajar siswa dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan tetapi mereka dapat naik jenjang berikutnya. Berikut adalah tingkat motivasi belajar siswa tersebut:
1. Siswa yang putus asa
Kelompok siswa ini memiliki riwayat kegagalan belajar dan menunjukkan perilaku keputusasaan yang dialaminya sehingga mereka tidak terlalu aktif dalam pembelajaran. Guru dapat menyebut mereka sebagai siswa yang kurang cakap.
Siswa yang putus asa sebagai akibat dari mereka tidak diberi peluang pada tantangan yang tepat. Guru dapat membantu semua murid menjadi lebih berhasil dengan menjamin tahu tantangan apa yang siswa mereka harapkan.
Salah satu jalan yang dapat dicapai adalah dengan memberikan harapan untuk maju. Harapan untuk maju yang merangsang siswa melalui model pembelajaran yang tepat sehingga membantu mereka untuk naik ke jenjang motivasi berikutnya.
2. Siswa yang berorientasi pada kinerja
Siswa yang berorientasi pada kinerja peduli dengan tugas yang diberikan guru dan memperhatikan dirinya supaya tampak baik-baik saja demi menjaga harga diri mereka atau mereka tidak ingin terlihat gagal. Hal ini dapat mengurangi motivasi mereka dalam keadaan. Mereka mencari strategi bersembunyi dari pengawasan guru.
Cara guru mengatasi siswa yang motivasi belajarnya pada tahap kedua ini yaitu dengan penilaian atau komentar mengenai kualitas hasil tugasnya bukan kinerja seseorang. Dengan demikian, penilaian menjadi alat yang berguna untuk mengarahkan para siswa menjadi pelajar yang sukses dan meningkatkan motivasi belajar kejenjang berikutnya lagi.
3. Siswa yang berorientasi pada penguasaan
Secara intrinsik siswa tertarik untuk tahu, mengerti atau bisa, siswa akan termotivasi untuk belajar dan mengembangkan strategi-strateginya sendiri yang membantunya untuk melakukan tujuan tersebut. Guru cukup memberikan contoh, siswa seperti ini yang kemudian diminta untuk meneliti masalah-masalah serta dapat melakukannya dengan antusias dan mampu laksanakan dengan gagasan yang menarik dan orisinil.
Berdasarkan ketiga tingkat motivasi yang telah dijelaskan di atas, tampak bahwa sekolah dan guru memiliki peranan yang cukup signifikan dalam upaya mengubah motivasi para siswanya melalui penilaian dan evaluasi. Siswa yang memiliki nilai belajar tinggi dapat menggunakan strategi yang berorientasi pada penguasaan dengan dampak positif yang berkaitan dengan belajar mereka. Mereka tidak mungkin digolongkan sebagai siswa yang kurang cakap. Mereka akan terus termotivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pencapaian belajar untuk masa-masa selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar